LATAR BELAKANG
Kampoeng Batja didirikan pada tahun 2009 oleh Iman Suligi sebagai cerminan dari kecintaannya pada dunia literasi, yang dimulai sejak tahun 1980-an dengan perpustakaan komik pribadinya yang bernama Taman Baca Tintin. Setelah mendirikan Yayasan Indonesia Membaca yang kemudian terhenti, Iman menghidupkan kembali misi literasinya setelah pensiun sebagai guru seni di sebuah sekolah menengah kejuruan di Jember dengan mendirikan Kampoeng Batja di atas sebidang tanah seluas 700 meter persegi. Saat ini, Kampoeng Batja telah berkembang menjadi destinasi literasi urban yang memiliki lebih dari 6.000 buku fiksi dan non-fiksi serta berbagai fasilitas seperti Wi-Fi gratis, rumah pohon, pojok baca, lapangan panahan, museum buku, dan penginapan. Nama "Kampoeng Batja" terinspirasi dari keinginan Iman untuk memberikan identitas literasi yang kuat pada lingkungannya saat menjabat sebagai ketua RT, yang bertujuan untuk menciptakan sebuah komunitas di mana membaca menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
BIDANG KOLEKSI : Fiksi dan Non Fiksi
JUMLAH KOLEKSI : 957 Buku
JAM OPERASI : Setiap hari 08.00 - 17.00 WIB
INSTAGRAM : @tbm_kampoengbatja
CP : (+62) 896 4466 6260 Fauzi
LOKASI : JL. NUSA INDAH VI-7, JEMBER LOR, PATRANG, JEMBER
IMAN SULIGI
PENDIRI KAMPOENG BATJA
AKTIVITAS DI KAMPONG BATJA
WISATA LITERASI
Secara internal, Kampoeng Batja menawarkan program yang disebut Wisata Literasi, yang mirip dengan kegiatan outbond untuk siswa sekolah. Dalam program ini, para siswa diajak untuk menjelajahi berbagai sudut Kampoeng Batja, terlibat dalam kegiatan mendongeng, permainan edukatif, dan menggambar. Pengalaman interaktif ini bertujuan untuk memperdalam minat baca dan belajar melalui metode yang menyenangkan dan kreatif.
PARADE MEMBACA
Parade Membaca adalah kegiatan literasi yang dirancang untuk menumbuhkan kecintaan membaca di kalangan masyarakat melalui pendekatan yang menyenangkan, interaktif, dan meriah. Acara ini biasanya menampilkan berbagai elemen seperti parade buku, sesi mendongeng bersama, pertunjukan seni, diskusi buku, dan bazaar literasi yang melibatkan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), sekolah, komunitas, dan pegiat literasi lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca dan menjadikan literasi sebagai bagian yang menyenangkan dan inklusif dari budaya sehari-hari.